Ragu Nyapres 2019, Prabowo Takut Dapat Gelar ‘Capres Abadi’ dari Rakyat Indonesia?


Darirakyat.com -- Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani mengatakan bahwa Gerindra memang hampir pasti mengusung Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto sebagai calon presiden melawan Jokowi pada tahun 2019 nanti. Namun sampai pernyataan Ahmad Muzani dilontarkan, Prabowo pun belum memastikan dan memberikan statement bahwa ia berkeinginan untuk maju menjadi calon presiden, melawan Joko Widodo.
“Jawaban beliau inilah yang kami tunggu sampai sekarang. Belum ada jawaban beliau, tapi Insyaallah beliau tetap kuat dan sehat. Seluruh keluarga besar, kader dan pengurus Partai Gerindra sama sekali tidak ada debat untuk kembali meminta kesediaan beliau (maju pilpres).
Satu sisi menjadi kehendak kuat arus kami di Gerindra, tapi di sisi lain juga kehendak dari sejumlah elite di pimpinan partai-partai tersebut” ujar Muzani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (24/7/2017).
Sebelumnya, Prabowo sempat menyuarakan sesuatu di dalam memberikan kode ia akan maju sebagai capres 2017. Ketika Prabowo turun gunung di dalam memenangkan Anies Sandi, ia mengatakan sesuatu kalimat yang menunjukkan bahwa dirinya masih ada ambisi untuk berkuasa menjadi panglima tertinggi, yakni Presiden Indonesia.
“Saudara-saudara, kalau kalian ingin saya jadi presiden 2019, Anies-Sandi gubernur DKI, betul? Di 2019, kalian harus kerja keras, kalian juga harus kerja keras di Februari 2017, jangan di sini teriak-teriak,” kata Prabowo dalam sambutannya ketika itu.
Statement yang sebenarnya sangat memalukan. Mengapa? Statement lelucon yang dikeluarkan oleh Prabowo, menunjukkan bahwa dirinya ingin menang, namun anehnya, malah ia yang menyuruh orang lain untuk bekerja keras. Berbeda dengan Joko Widodo yang suka bekerja keras, tanpa meminta orang-orang untuk bekerja untuknya.
Di dalam pandangan saya yang awam ini, saya melihat Prabowo memiliki mental seperti penguasa, bos besar, taipan, dan jiwa tamak. Berbeda sekali dengan Joko Widodo yang memiliki mental pemimpin yang bekerja di depan. Jiwa mereka berdua sangat berbeda.
Latar belakang yang sangat berbeda, rasanya menjadi penentu. Bahkan saya sampai jatuh ke dalam kesimpulan bahwa ‘Mayoritas orang yang lahir dari keluarga berada, cenderung manja dan sulit menjalankan mandat’. Sebut saja Prabowo.
Ia lahir dari keluarga yang berada, karir militernya sangat mulus, namun harus berakhir di tahun 1998, karena banyak hal yang terlalu abu-abu dan terlalu spekulatif jika ingin dibahas. Alih-alih ingin mengatakan yang sejujurnya, saya agak khawatir karena adanya orang-orang pembela mantan jenderal yang kejang-kejang.
Rasanya sulit untuk tahun-tahun ini mengalahkan Jokowi. Sudah berkali-kali Jokowi ingin dikalahkan dengan berbagai cara. Saya cukup percaya, bahwa sebagian yang Allan Nairn katakan itu betul. Ia sempat mengatakan bahwa ‘Ahok hanya pintu masuk untuk menggulingkan pemerintahan yang sah’, dan rasanya memang ada indikasi ke sana.
Lihat saja demo bela (katanya) agama (yang sebenarnya bukan agama), diisi oleh Fahri Hamzah dan Fadli Zon, yang semobil dengan Rizieq, untuk melakukan tindakan di luar parlemen atau cara jalanan. Siapa lagi yang mengatakan ini jikalau bukan Fahri Hamzah?
Orang ini adalah orang culas yang menganggap diri lebih tinggi dari orang lain, hanya karena gelar wakil ketua DPR, yang sebenarnya tidak dipilih rakyat, melainkan dipilih para begundal di DPR atas kesepakatan yang tidak jelas.
Jokowi yang berhasil berkelit dari tudingan ‘pelindung Ahok’, membuat para laskar sulit menyentuh sang Panglima Tertinggi TNI ini, bukan Gatot, melainkan Jokowi. Pergerakan cantik Jokowi membuat para laskar ketar ketir. Mereka mau tidak mau harus menerima kekalahan mereka, dengan kaburnya Rizieq ke negeri Jiran. Ngomong-ngomong, sudah 100 hari Rizieq kabur, perlukah kita rayakan? Hahaha.
Prabowo sekarang sudah jarang bersuara. Hal ini membuktikan bahwa dirinya sudah mulai ragu. Ia takut menyandang gelar ‘capres abadi’, semacam kutukan yang diberikan kepadanya oleh Rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia menginginkan pemimpin yang bekerja mengayomi warganya, bukan menyuruh-nyuruh warganya, seperti Prabowo yang pernah berkata ‘Jika kalian ingin saya jadi presiden, kalian harus kerja keras’.
Sebaiknya memang Prabowo mundur saja. Dari pada kalah lagi, kemudian mengadu dan mewek lagi ke MK… Sudah lah… Lupakan pilpres 2019. Anda bukan siapa-siapa, dibandingkan Joko Widodo. Presiden terbaik di Indonesia!

Betul kan yang saya katakan? (seword.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel